Cogito Ergo Sum
Cogito Ergo Sum, merupakan statement Rene Decartes filsuf dari Prancis. Cogito Ergo Sum sendiri statement yang
cukup populer dikalangan para Mahasiswa/Mahasiswi psikologi. Cogito Ergo Sum
sendiri bermakna “saya berfikir maka saya ada”. Menurut Rene
decartes, segala sesuatu di dunia ini tidak ada yang dapat dipastikan, kecuali
pikirannya sendiri. Mungkin Cogito Ergo Sum tema yang sesuai dengan
permintaan Sahabat Mahasiswa yang menempuh study di Uin Walisongo
Semarang Jawa Tengah, Program Studi Hukum Keluarga Islam. Ia mempersoalkan
terkait dengan ketenangan dalam hidup serta bagaimana menggapai ketenangan
tersebut ?. sehingga dengan adanya problem tersebut artikel ini muncul dengan content
phsycology. Ketenangan dalam diri manusia merupakan ketenangan
jiwa, jiwa merupakan aspek ruhani manusia, ketenangan sendiri
mendorong dan mempengaruhi setiap perilaku manusia. Ketenangan sendiri
bersumber dari 3 pilar kecerdasaan manusia yakni spiritual, emotional,
intellectual. Para ahli psikologi menyatakan bahwa kecerdasan
meliputi; memecahkan masalah (problem solving), kemampuan
menetapkan tujuan dan meraihnya (goal directed), serta
kemampuan beradaptasi dan menempatkan diri dalam lingkungannya (adaption).
Pertama terkait kecerdasan Spiritual, spiritual dalam bahasa yunani pneumatikos yang berarti roh atau berkenaan dengan roh. Spiritual sendiri merupakan kebutuhan dasar dan pencapaian tertinggi manusia dalam kehidupannya. Kebutuhan dasar tersebut meliputi: kebutuhan Fisiologis, keamanan dan keselamatan, cinta kasih, dihargai dan aktualitas diri. Spiritualitas berupa keyakinan dalam hubungan manusia terhadap Tuhannya. Dalam bingkai agama islam sendiri, believe in God diarahkan kepada kesetiaan hamba dalam menjalankan segenap perintah Tuhannya. Peran kecerdasan spiritual ialah mensinergikan kecerdasan intelektual, emosional, dan spiritual secara komprehensif, sehingga dengan faktor spiritual setiap individu mampu menjadi insani. Kedua, Kecerdasan Emosional berupa kemampuan untuk mengenali perasaan, meraih dan membangkitkan perasaan dan maknanya, dan mengendalikan perasaan secara mendalam sehingga membantu perkembangan emosi dan intelektual. Kecerdasan Emosional dalam kehidupan sehari-hari biasa disebut “Street Smart” atau kemampuan khusus yang disebut dengan akal sehat. Kecerdasan Emosional bersifat gradasi dalam arti setiap individu manusia mempunyai tingkatan yang berbeda-beda. Kecerdasan emosional lebih berperan dari kecerdasan intelektual, dengan kecerdasan emosional individu manusia mampu memanusiakan manusia. Goleman menyatakan bahwa para ahli psikologi sepakat bahwasannya kecerdasan Intelektual hanya mendukung 20% faktor yang menentukan keberhasilan, sedangkan 80% sisanya berasal dari faktor kecerdasan emosional dan kecerdasan spiritual. ketiga, Intelektual atau intelek, intelek secara psikologi tentang daya atau proses pikiran yang lebih tinggi serta berhubungan dengan pengetahuan; daya akal budi; kecerdasan berpikir. Intelektual juga bisa berarti pemahaman, pengertian, kecerdasan. Intelektual merupakan kemampuan yang dibawa individu sejak lahir. Sehingga peran intelektual dalam setiap Individu Manusia untuk memperoleh berbagai informasi berfikir abstrak, menalar, serta bertindak secara efisien dan efektif. Intelektual Individu Manusia juga akan berkembang bila lingkungan memungkinkan dan adanya kesempatan yang tersedia serta seberapa besar upaya setiap Individu berusaha mengembangkan Intelektualitasnya.
Potret terhadap firman allah ta’ala yang berhubungan
dengan ketenangan dalam Q.S. Al-Fajr ayat 27-30.
يٰٓاَيَّتُهَا
النَّفْسُ الْمُطْمَىِٕنَّةُۙ ارْجِعِيْٓ اِلٰى رَبِّكِ رَاضِيَةً مَّرْضِيَّةً ۚ
فَادْخُلِيْ فِيْ عِبٰدِيْۙ وَادْخُلِيْ جَنَّتِيْ
“Wahai jiwa yang tenang, kembalilah kepada
Tuhanmu dengan rida dan diridai, Lalu, masuklah ke dalam golongan hamba-hamba-Ku,
dan masuklah ke dalam surga-Ku”
An-nafsu Al-mutmainnah ialah jiwa yang merasa aman, tenang dan
tenteram karena senantiasa yakin akan wujud Allah atau janji-Nya disertai dengan
keikhlasan beramal. An-nafsu Al-Muthmainnah merupakan jiwa yang telah
digembleng oleh pengalaman dan penderitaan, jiwa yang telah melalui berbagai
jalan yang berliku, sehingga tidak mudah mengeluh dalam berbagai keadaan. Setiap
Individu yang memiliki jiwa ini akan senantisa bersyukur dalam menjalani
kehidupan, ia akan bersabar Ketika rezeki hanya sekedar lepas makan. Ia akan
bersyukur Ketika diberi kenikmatan lebih bukan malah mendabik dada.
An-nafsu
Al-Mutmainnah merupakan jiwa yang memiliki dua sayap, sayap syukur dan
sayap sabar. Melihat runtutan ayat diatas, ketenangan merupakan bekal dan pondasi
yang harus dimiliki setiap Individu manusia. Ayat 28 merupakan simbol bahwa
ketenangan dapat diraih dengan kembali mengingat Allah. Ayat 29 memberikan
deskripsi mengingat Allah dalam bentuk pikiran dan tindakan dengan cara masuk
atau menjadi hamba Allah. Karena setiap Hamba akan senantiasa menjalankan perintah-perintah
Tuhannya, sehingga ketenangan dan ketentraman akan lebih mudah didapat. Ayat 30
merupakan simbol ketenangan, apabila setiap Individu manusia mampu melakukan
tahapan-tahapan ayat diatas maka ketenangan dan ketentraman akan diraih yang
disimbolkan pada ayat 30 (masuklah kalian kedalam surgaku).
Dari beberapa hal yang dipaparkan diatas,
baik berupa potret psikologi dan potret terhadap ayat al-qur’an. dapat kita
pastikan dan simpulkan bahwa ketenangan jiwa terbentuk sebab ketenangan pikiran, ketenangan pikiran dapat diraih dengan cara bagaimana kita sebagai individu manusia mengolah dan menata mindset, serta ketenangan dan ketentraman akan lebih mudah diraih dengan cara senantiasa
mengingat Allah ta’ala baik berupa pikiran dan tindakan.
0 Response to "Cogito Ergo Sum"
Posting Komentar